Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyatakan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya bertujuan meningkatkan asupan gizi anak-anak Indonesia, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi lokal di berbagai wilayah, termasuk daerah tertinggal, terpencil, dan terluar (3T).
Menurut Tito, rantai pasok bahan pangan MBG dirancang agar memanfaatkan hasil pertanian, peternakan, dan produksi pangan lokal, sehingga menciptakan perputaran ekonomi yang sehat di daerah. “Program MBG adalah kebijakan yang berdampak ganda — menurunkan angka stunting sekaligus menghidupkan ekonomi masyarakat di daerah 3T,” ujarnya.
Pemerintah juga terus memperkuat koordinasi lintas sektor, terutama antara Badan Gizi Nasional (BGN) dan pemerintah daerah, agar pelaksanaan MBG semakin efisien dan terjamin kualitasnya. Hingga Oktober 2025, tercatat lebih dari 10 ribu dapur MBG (Sentra Produksi Pangan Gizi/SPPG) telah aktif beroperasi di seluruh Indonesia.
Selain dampak gizi dan ekonomi, program MBG juga mendorong pemberdayaan UMKM melalui kemitraan dengan usaha lokal penyedia bahan baku makanan, serta membuka peluang kerja di sektor logistik dan distribusi pangan.
Program MBG menjadi salah satu inisiatif nasional paling berdampak di tahun 2025, menggabungkan visi gizi sehat, pemberdayaan ekonomi, dan kemandirian pangan lokal.
Dengan dukungan lintas sektor, termasuk perusahaan seperti Yasa Group, upaya menuju Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera bukan lagi sekadar wacana — melainkan langkah nyata yang terus berkembang di seluruh pelosok negeri.